Militer Myanmar tampaknya kehilangan kekuatan satu bulan setelah militan etnis minoritas melancarkan serangan bersama terhadapnya.
Serangan itu dimulai pada 27 Oktober di negara bagian Shan, Myanmar timur, memungkinkan para militan menguasai beberapa kota dan pos militer di dekat perbatasan Myanmar dengan Cina.
Militer Myanmar merebut kekuasaan melalui kudeta pada 2021.
Media milik pemerintah mengatakan 120 truk yang membawa barang-barang dari Cina terlihat terbakar pada Kamis (23/11/2023) setelah mendapat serangan drone milik kelompok minoritas.
Dua hari kemudian, pasukan Cina mengumumkan bahwa mereka memulai latihan sebagian berdasarkan skenario penutupan perbatasan antara kedua negara.
Kekuatan prodemokrasi juga bekerja sama dengan kelompok militan etnis untuk memperluas pertempuran. Ratusan personel militer telah menyerah.
Lektor Kepala Nakanishi Yoshihiro dari Universitas Kyoto mengatakan sulit bagi etnis minoritas dan kekuatan prodemokrasi untuk mengoordinasikan operasi mereka. Namun, kali ini keduanya bekerja sama untuk melancarkan serangan terhadap militer. Ia mengatakan militer tampaknya tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk melakukan serangan balasan dan wilayah kekuasaannya telah berkurang sedikit demi sedikit.
Sumber : NHK