Jelang pergantian tahun, angka kemiskinan di Sulawesi Tengah masih memperlihatkan tantangan serius, dengan persentase mencapai 12,41 persen.
Bahkan, angka kemiskinan ekstrim pun masih cukup tinggi, berada pada angka 3,5 persen.
Data distribusi keluarga yang tergolong dalam kategori miskin ekstrim menunjukkan keberadaannya di seluruh Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.
Kabupaten Parigi Moutong menjadi daerah dengan tingkat kemiskinan ekstrim tertinggi, mencapai 17.138 keluarga, disusul oleh Donggala dengan 10.105 keluarga, Sigi dengan 7.515 keluarga, Banggai dengan 7.207 keluarga, Tolitoli dengan 6.993 keluarga, dan Palu dengan jumlah 6.513 keluarga.
Sulawesi Tengah, di tingkat provinsi, menempati peringkat kedua di bawah Sulawesi Utara dalam hal tingkat kemiskinan.
Irwan, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Sulteng, menjelaskan bahwa pemerintah provinsi saat ini fokus pada penanggulangan kemiskinan ekstrim, dengan target mencapai nol persen pada tahun 2024.
“Kemiskinan ekstrim tahun ini mengalami penurunan menjadi 3,5 persen, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang berada pada persentase 3,15 persen,” terang Irwan, Jumat (10/11/2023).
Tiga program utama yang diterapkan oleh pemerintah untuk menekan angka kemiskinan ekstrim adalah pengurangan beban, peningkatan pendapatan, dan pengurangan kantong-kantong kemiskinan.
Selain itu, pemerintah juga mendorong agar warga yang tergolong masyarakat miskin ekstrim dapat terserap sebagai tenaga kerja, dengan harapan mereka dapat keluar dari lingkaran kemiskinan.
Irwan menegaskan bahwa untuk mencegah penambahan angka kemiskinan ekstrim, masyarakat yang tergolong sebagai miskin atau terancam miskin juga harus mendapatkan perlakuan khusus, sehingga tidak terjerumus menjadi masyarakat miskin ekstrim.
Upaya ini diharapkan dapat menciptakan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tengah secara keseluruhan.
Sumber : KabarSelebes.id