Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi menyebut butuh pasokan pangan dari berbagai daerah untuk memenuhi kebutuhan di DKI Jakarta. Mengingat, Jakarta merupakan daerah konsumsi dengan tingkat populasi yang tinggi.
Menurutnya, kerja sama antar daerah merupakan kunci dalam menjaga ketahanan pangan, khususnya di daerah konsumsi. Beberapa sumber pasokan pangan Jakarta didapatkan dari Jawa Barat, Banten, serta provinsi lainnya.
“Kerja sama antar daerah ini sangat penting mengingat Jakarta merupakan daerah nett consumer. Kebutuhan pangan ibu kota dipasok dari daerah lainnya. Maka untuk menjaga ketersediaan dan pasokan pangan di daerah konsumsi seperti Jakarta ini butuh keterlibatan kita semua. GNPIP ini menjadi wadah kolaborasi para stakeholder untuk memacu semangat kita dalam mengendalikan inflasi,” ujar Arief dalam Leader’s Talk Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DKI Jakarta, ditulis Senin (19/6/2023).
Arief menambahkan, kerja sama dengan daerah lainnya dalam memenuhi pasokan pangan di daerah konsumsi bisa melibatkan peran BUMD pangan sebagai stabilisator pasokan dan harga. Ia mengaku, pernah melakukan langkah tersebut di Jakarta saat menjabat sebagai Dirut PT Food Station.
“Sebagai contoh komoditas beras, dulu waktu di Food Station kita mendatangkan beras Sulawesi Selatan sebanyak 4.000 kontainer. Kemudian dalam mengendalikan pasokan dan harga cabai, kita juga terbangkan dari Sulawesi Selatan, sapi didatangkan dari NTB dan Pare-pare, dan banyak lagi strategi telah dilakukan,” tambahnya.
Stabilisasi Stok dan Harga Pangan
Arief menjelaskan, saat ini stabilisasi stok dan harga pangan di Jakarta relatif aman dan terkendali. Hal tersebut dapat dilihat dari terjaganya inflasi DKI Jakarta selalu di bawah 5 persen YoY dalam 5 tahun terakhir. Badan Pusat Statistik (BPS), menyatakan tingkat inflasi DKI Jakarta bulan Mei 2023 sebesar 3,52 persen YoY, lebih rendah dari inflasi nasional 4,00 persen YoY.
“Apresiasi untuk Pemprov DKI Jakarta yang berhasil mengendalikan inflasi dengan berbagai strategi yang diterapkan. Saya berharap sinergi yang telah dibangun antara Badan Pangan Nasional, Bank Indonesia, Pemprov DKI dan stakeholders terkait terus berlanjut dan secara konsisten mampu mengendalikan inflasi terutama inflasi pangan di DKI Jakarta,” ujar Arief.
Dia menilai Jakarta menjadi barometer inflasi nasional, dan sektor pangan memiliki kontribusi signifikan terhadap laju inflasi. Karena itu, sesuai arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), persoalan pangan harus ditangani secara serius dan detail, serta harga pangan harus mempertimbangkan keseimbangan di tiga lini proses rantai pangan, yaitu wajar di tingkat produsen, pedagang, dan di tingkat konsumen.
Manfaatkan Lahan
Sementara itu, Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati mengatakan selain membangun kerja sama antar daerah, DKI Jakarta juga saat ini tengah fokus dengan gerakan menanam di pekarangan. Menurutnya, dengan menanam tanaman buah dan sayuran seperti cabai, tomat, kangkung, dan lainnya dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga yang berdampak pada inflasi.
Kepala Kanwil Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Arlyana Abubakar mengatakan perluasan kerja sama antar daerah dan gerakan menanam/urban farming merupakan dua dari lima program pengendalian inflasi di Jakarta. Tiga lainnya adalah melakukan operasi pasar berbagai komoditas pangan, dukungan sarana produksi pangan, dan diversifikasi produk olahan pangan.
Dalam kesempatan tersebut, sebagai langkah konkrit dan lanjutan dari perluasan kerja sama antar daerah, dilakukan penandatanganan kerja sama pengadaan komoditas pangan oleh PT Food Station Tjipinang Jaya dengan pelaku usaha beras dari wilayah Oku Timur, Indramayu, dan Ngawi. Selain itu, juga dibagikan bantuan Alsintan kepada Gapoktan dan bantuan bibit cabai kepada kelompok binaan Pemprov DKI.
Hadir dalam Launching GNPIP DKI Jakarta tahun 2023, Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa, Kepala Pusat Standardisasi Instrumen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Priatna Sasmita, Dirut PT Food Station Tjipinang Jaya Primhadi Wiraryo, Dirut PD Pasar Jaya Tri Prasetyo serta Kepala OPD lingkup Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Inflasi Turun Lebih Cepat
Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Mei 2023 secara bulanan sebesar 0,09 persen. Dengan nilai tersebut maka inflasi tahunan atau year on year (YoY) dibanding Mei 2022 sebesar 4,00 persen.
Angka inflasi tahunan pada Mei 2023 ini menurun jika dibandingkan tingkat inflasi pada April 2023 sebesar 4,33 persen (yoy).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penurunan inflasi ini lebih cepat dari perkiraan. Hal ini dipicu berbagai komponen-komponen inflasi inti yang tetap rendah di bawah 3 persen.
“Terima kasih semuanya, kelihatan bahwa inflasi turun lebih cepat dari yang kita perkirakan, terutama kalau memang melihat komponen-komponen inflasi inti tetap rendah di bawah 3 persen,” kata Perry di komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Senin, (5/6/2023).
Penurunan inflasi tersebut, kata Perry menunjukkan berbagai langkah pengendalian permintaan dari sisi moneter berjalan dengan baik. Tak terkecuali inflasi bahan pangan yang rendah berkat program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang digencarkan pemerintah.
“Itu membuktikan memang langkah untuk pengendalian permintaan dari sisi moneter cukup berhasil. Demikian juga volatile food yang terus rendah, ini dari hasil GNPIP ,” ujarnya.
Bawang Merah Jadi Biang Kerok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya penurunan tingkat inflasi Mei 2023. Secara bulanan inflasi Mei 2023 sebesar 0,09 persen dan secara tahunan sebesar 4,00 persen. Itu lebih rendah dibanding inflasi April 2023 yang tercatat sebesar 0,33 persen (bulanan) dan 4,33 persen (tahunan).
Namun begitu, BPS merekam kelompok komoditas pangan masih jadi penyumbang inflasi terbesar di bulan lalu.
“Penyumbang inflasi bulanan tertinggi Mei 2023 adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,48 persen dan andilnya 0,13 persen,” jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Senin (5/6/2023).
Pudji memaparkan, harga bawang merah dan daging ayam jadi penyebab paling dominan untuk inflasi Mei 2023. Selain itu, komoditas lain semisal turut melambungnya harga telur ayam turut memberikan andil.
“Komoditas penyumbang inflasi secara month to month terbesar di antaranya adalah bawang merah dan daging ayam ras dengan andil sebesar 0,03 persen. Lalu ikan segar, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang putih dengan andil sebesar 0,02 persen,” urainya.
Lebih lanjut, Pudji menyampaikan, dari total 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 77 kota di antaranya mengalami inflasi. Bahkan, inflasi di 67 kota lebih tinggi dari tingkat inflasi nasional.
Adapun kota dengan angka inflasi bulanan tertinggi per Mei 2023 dicatat oleh Tanjung Pandan, sebesar 1,28 persen. Sejumlah harga komoditas turut jadi penyebabnya.
Antara lain, ikan segar dengan andil 0,51 persen, daging ayam ras 0,25 persen, tarif angkutan udara 0,14 persen, bawang merah 0,13 persen, jeruk 0,06 persen, sawi hijau 0,05 persen, dan telur ayam ras 0,05 persen.
Sumber: Liputan6