Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih terus menggarap program hilirisasi mineral untuk menambah nilai bahan mentah di dalam negeri. Untuk mencapai hal ini, Jokowi meminta sejumlah perusahaan untuk membangun pabrik baru di RI demi menambah nilai dalam rantai pasok.
Hingga saat ini, sejumlah pabrik sudah mulai berdiri. Namun ada 2 di antaranya merupakan pabrik terbesar di Asia Tenggara (ASEAN). Bahkan, salah satu dari dua ini merupakan pabrik terbesar di dunia.
Apa saja? Berikut ulasannya:
1. Pabrik Tembaga Single Line Terbesar di Dunia
PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi mengoperasikan pabrik konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini memiliki desain single line yang merupakan terbesar di dunia.
Smelter kedua yang dibangun PTFI setelah smelter PT Smelting ini mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi hingga 1,7 juta ton setelah beroperasi penuh.
Nantinya, produk katoda tembaga yang dihasilkan dapat mencapai 600 ribu ton per tahun. Selain menghasilkan produk katoda tembaga, smelter ini juga bakal menghasilkan produk sampingan, seperti produk yang terkandung dalam lumpur anoda, yakni emas dan perak murni sebanyak 6 ribu ton per tahun.
Produk sampingan lainnya adalah asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga sebanyak 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum sebanyak 150 ribu ton per tahun.
Mengutip laporan PTFI, nilai investasi kumulatif untuk proyek smelter Manyar yang menempati lahan seluas 100 hektare itu sudah mencapai US$3,7 miliar atau sekitar Rp59,9 triliun (asumsi kurs Rp16.213/US$).
2. Pabrik Ekosistem Baterai EV Terbesar di ASEAN
Pabrik ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) resmi beroperasi di Indonesia pada Rabu (3/7/2024) di Karawang, Jawa Barat usai diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pabrik ekosistem baterai ini merupakan hasil kerjasama pemerintah RI dengan konsorsium dari Korea Selatan, yakni Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution. Pabrik sel baterai pertama ini berada di bawah operasi PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power.
PT HLI Green Power merupakan perusahaan joint venture antara Hyundai Motor Company, LG Energy Solution, dan PT Indonesia Battery Corporation (IBC). Investasi PT HLI Green Power merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kementerian Investasi/BKPM dan Konsorsium Hyundai, LG, dan IBC pada 28 Juli 2021 LALU.
Selanjutnya, pada September 2023 Jokowi melakukan kunjungan ke PT HLI Green Power untuk melakukan peninjauan langsung atas proses dan hasil produksi sel baterai kendaraan listrik.
Pada fase pertama, PT HLI menyerap investasi sebesar US$1,1 miliar atau sekitar Rp17,8 triliun dan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 gigawatt/hour (GWh), terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150 ribu kendaraan listrik. Pada fase kedua, diharapkan tahun 2025, PT HLI berencana meningkatkan kapasitas produksi menjadi 20 GWh.