FAJAR, MAKASSAR-Program Partnership of Australia-Indonesia on Research (PAIR) Sulawesi menjadi platform kerjasama riset antara tujuh Universitas PTNBH di Indonesia dan lima Universitas di Australia. Dana program ini mencapai 120 miliar rupiah selama periode empat tahun (2024-2027), bersumber dari pemerintah Australia dan Pemerintah Indonesia melalui LPDP.
Universitas Hasanuddin (Unhas) memimpin konsorsium universitas yang terdiri dari tujuh PTNBH, antara lain UI, UGM, ITB, IPB, UNAIR, ITS, dan UNHAS. Sementara itu, konsorsium Australia terdiri dari University of Melbourne, Monash University, University of Sydney, University of Western Australia, dan University of Queensland. Topik riset ini dilaksanakan di Sulawesi.
Sejarah baru tercatat bagi Unhas dalam kerja sama pendidikan antara Australia dan Indonesia, menjadi yang pertama dalam memimpin konsorsium riset perguruan tinggi negeri berbadan hukum (PTNBH).
Penandatanganan kesepakatan ini berlangsung pada hari Kamis, 4 Januari 2023, di lantai 8 Gedung Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Acara dihadiri oleh perwakilan pemerintah Australia dari Kementerian Luar Negeri (DFAT) dan perwakilan Indonesia dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Penandatanganan dilakukan oleh Rektor Monas University sebagai ketua konsorsium Universitas Australia, dan Rektor Unhas, Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, sebagai ketua konsorsium Universitas Indonesia.
Medeline Moss, dari Bagian Tata Kelola dan Pembangunan Manusia, Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, menyambut baik inisiatif Pemerintah Indonesia untuk menyiapkan dana padanan dan menunjuk Unhas sebagai Ketua Tim Konsorsium Kerjasama Riset Tujuh Perguruan Tinggi PTNBH di Indonesia dan empat perguruan tinggi di Australia.
Ia menyampaikan bahwa, dari berbagai skema kerja sama riset yang didanai oleh Pemerintah Australia, semua biayanya disiapkan oleh Pemerintah Australia. Untuk pertama kalinya melalui Program PAIR Sulawesi, Pemerintah Indonesia juga menyiapkan dana padanan.
Kepada Rektor Unhas, Medeline Moss juga menyampaikan bahwa Tim dari DFAT akan mengunjungi Unhas secara khusus pada bulan Februari untuk memperkuat kerja sama Unhas dengan DFAT Australia.
Sementara itu, Dirjen Dikti Prof Nizam yang mewakili menteri menyatakan, program PAIR Sulawesi ini diharapkan memberikan kontribusi bagi masa depan Indonesia, terutama yang terkait dengan arti penting Sulawesi. Artinya, pertama, sebagai pusat nikel dunia yang merupakan komoditas penting dalam program transisi energi. Kedua, sebagai penopang IKN dimana selat Makassar sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI 2) memiliki arti penting dalam perdagangan global Australia dan dunia. Ketiga, menciptakan destinasi-destinasi wisata kelas dunia baru selain Bali.
Source: Harian Fajar