Thailand menggaet influencer media sosial China dan perusahaan seperti Huawei Technologies serta Alipay guna mempromosikan pariwisata negaranya.
Upaya tersebut untuk menggandakan jumlah wisatawan dari Negeri Tirai Bambu, sebagai penyumbang turis asing terbesarnya sebelum pandemik COVID-19.
“Otoritas Pariwisata Thailand akan mengundang para pembuat konten di platform Douyin ByteDance untuk mempromosikan konten perjalanan, serta mengundang media dan agen perjalanan untuk berkeliling negara guna mencari calon wisatawan,” kata Chattan Kunjara Na Ayudhya, Wakil Gubernur Pariwisata Thailand dalam sebuah pengarahan di Bangkok, dikutip dari The Straits Times.
Chattan menambahkan, Bangkok pada 23 November menandatangani perjanjian dengan Fliggy, platform perjalanan populer China yang dimiliki oleh Alibaba Group untuk mempromosikan Thailand sebagai negara yang aman untuk dikunjungi. Mereka juga akan meluncurkan promosi dengan Huawei, Meituan, Spring Airlines dan Sina News.
1. Thailand berupaya meningkatkan jumlah turis China menjadi 8,2 juta pada 2024
Thailand sedang berupaya meningkatkan jumlah pengunjung China menjadi 8,2 juta wisatawan pada 2024, dari sekitar 3,5 juta pada 2023.
Menarik wisatawan China menjadi kunci dari target ambisius negara ini yang bergantung pada pariwisata, yaitu menarik 40 juta pengunjung asing pada 2024 dan menghasilkan pendapatan sebesar 3,1 triliun baht (sekitar Rp1,3 kuadriliun).
Pada September, negara Asia Tenggara tersebut memberikan keringanan visa pada warga negara China, guna membantu meningkatkan kedatangan selama liburan Festival Pertengahan Musim Gugur. Mereka juga memperkirakan skema ini akan menarik sekiar 2,9 juta turis dari China dalam waktu lima bulan.
Namun, setelah program ini berjalan satu setengah bulan, data Kementerian Pariwisata menunjukkan kedatangan warga china bahkan belum mencapai 500 ribu orang.
Keprihatinan terhadap keamanan merupakan salah satu faktor utama yang dapat membahayakan pemulihan kedatangan turis China ke Thailand. Seorang warga China menjadi salah satu dari dua orang asing yang tewas dalam penembakan di pusat perbelanjaan mewah di ibu kota bulan lalu.
Setelah insiden tersebut, Kementerian Pariwisata mencatat adanya kontraksi kedatangan dari China selama empat minggu berturut-turut, sebelum jumlahnya meningkat pada bulan ini. Sebagian besar wisatawan China memilih Hong Kong dan Makau pada paruh pertama 2023, sedangkan Jepang dan Vietnam juga tetap populer.
2. Insentif bebas visa untuk mencapai target pendapatan
Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, telah mengidentifikasi pariwisata sebagai instrumen cepat untuk memacu pertumbuhan ekonomi negaranya. Sektor ini menyumbang sekitar 12 persen dari produk domestik bruto dan seperlima lapangan kerja.
Untuk sementara, pemerintah juga membebaskan visa bagi turis dari Rusia, Kazakhstan, India, dan Taiwan. Serta, memerintahkan maskapai penerbangan untuk menambah lebih banyak rute, sambil menyederhanakan operasional bandara untuk mengurangi waktu tunggu bagi pengunjung.
Insentif bebas visa tersebut sebagai kekuatan pendorong penting untuk mencapai pendapatan sebesar 2,17 triliun baht (Rp948 triliun) dari 29 juta pengunjung asing pada Desember.
3. Masih lesunya ekonomi domestik di China
Sebelum pandemik COVID-19 melanda, China adalah sumber pengunjung internasional terbesar di Thailand. Jumlah turisnya mencapai lebih dari seperempat dari 40 juta pengunjung pada 2019 atau lebih dari 11 juta turis berasal dari China.
Faktor domestik juga menghambat kembalinya wisatawan China ke Thailand. Para analis mengatakan, kelesuan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini telah mengurangi daya beli masyarakat, terutama untuk mereka yang berada di luar kota-kota besar di China, dilansir Channel News Asia.
Sementara itu, terbatasnya penerbangan internasional berdampak pada perjalanan keluar negeri karena frekuensi penerbangan dari China ke Thailand masih di bawah angka sebelum COVID.
Sumber : IDNTimes