Kelompok hak asasi dan aktivis memprotes hari Senin di luar Kedutaan Besar Laos di London untuk menuntut pembebasan seorang pengacara hak asasi manusia China terkemuka yang ditangkap di Laos bulan lalu setelah melarikan diri dari China dan yang sekarang menghadapi risiko repatriasi.
Lu Siwei ditangkap di Laos pada 28 Juli ketika dia mencoba melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk bersatu kembali dengan istri dan putrinya, menurut kelompok hak asasi yang sekarang membantu Lu.
Lu sering menangani kasus-kasus yang sensitif secara politik termasuk kasus yang melibatkan 12 warga Hong Kong yang ditangkap oleh penjaga pantai China pada tahun 2020 ketika mereka mencoba melarikan diri dengan kapal ke Taiwan. Dia dipecat sekitar setahun kemudian karena pidato online yang diduga “membahayakan keamanan nasional.”
Lu telah ditempatkan di bawah apa yang disebut “larangan keluar” oleh otoritas China sejak Mei 2021, melarang dia meninggalkan negara itu. Namun, selama perjalanan ini, kelompok hak asasi mengatakan Lu memiliki paspor dan visa yang sah untuk Laos dan Amerika Serikat.
Sebuah surat terbuka yang ditandatangani oleh lebih dari 85 kelompok HAM termasuk Amnesty International yang menuntut pembebasan Lu diserahkan kepada seorang pejabat Laos di kedutaan saat pengunjuk rasa mengacungkan tanda-tanda termasuk “China Tidak Dapat Dipercaya,” menurut posting online.
“Kami sangat prihatin bahwa dia (Lu) menghadapi risiko serius pemulangan paksa ke China di mana dia menghadapi kemungkinan besar penyiksaan dan perlakuan buruk lainnya,” bunyi surat itu.
Istri Lu, Zang Chunxiao, dalam sebuah video YouTube, sebelumnya meminta agar Lu diberi akses ke pengacara dan diplomat asing.
Lu ditangkap karena dicurigai menggunakan “dokumen perjalanan palsu”, menurut surat yang ditulis oleh Kedutaan Besar Laos.
“Jika terbukti bersalah, Tuan Siwei akan dideportasi,” tulis kedutaan dalam surat tertanggal 4 Agustus dan dilihat oleh Reuters, yang ditujukan kepada Chakra Ip, kepala “29 Prinsip,” sebuah kelompok yang mendukung pengacara yang berbasis di Inggris menghadapi penindasan.
Kedutaan Laos tidak memberikan tanggapan segera atas permintaan komentar dari Reuters.
Sumber : VOANEWS